(dimuat di Leisure Republika, Oktober 2012)
Oleh
: Jihan Davincka
***
Badr,
Saksi Sejarah
Umat
muslim mana yang tidak mengenal Badr (biasa dilafalkan dengan Badar)? Kalau
mendengar kata Badr, yang terlintas pertama kali adalah Perang Badr. Perang
besar pertama yang terjadi setelah Rasulullah hijrah ke kota Madinah. Terjadi di pertengahan bulan
Ramadan tahun ke-2 Hijriyah. Dimana pasukan muslim berhasil memenangkan
pertempuran menghadapi jumlah musuh yang jauh lebih besar.
Salah
satu perang penting dalam sejarah awal Islam ini pun disebut-sebut dalam
alquran. Tidak sedikit ayat-ayat dalam surah Al-Anfal yang menceritakan perihal
Perang Badr ini.
Perang
Badr terjadi di wilayah yang sekarang ini dikenal sebagai kota Badr. Sebuah kota kecil yang berjarak sekitar 256 km dari
Jeddah. Jarak ini bisa ditempuh dengan menyetir mobil selama 2.5 jam.
Tugu Nama Para Syuhada di Badar, foto : Dani Rosyadi |
Tapi kami sekeluarga dan teman-teman mengunjungi kota ini
dalam perjalanan pulang dari Madinah menuju Jeddah. Dengan
membanting setir sedikit, kita bisa mampir ke Badr dulu. Dari Madinah, Badr
cuma berjarak sekitar 130 km saja.
Kami beberapa kali mengunjungi Badr. Pernah
pula menyetir langsung dari Jeddah menuju Badr. Infrastruktur jalanan ke Badr,
baik dari Jeddah maupun Madinah, sangat terjamin. Jalanannya lebar dan mulus seperti kebanyakan jalan tol
antar kota di negara Saudi pada umumnya.
Petualangan Padang Pasir
Beberapa puluh kilo sebelum memasuki wilayah Badr, kiri
kanan jalan akan didominasi oleh bukit-bukit batu nan tandus. Setelah memasuki
Badr, bukit-bukit batu perlahan-lahan terganti dengan bukit-bukit pasir.
Perbukitannya sangat landai sehingga terlihat membentuk padang pasir yang
sangat luas. Kota Badr memiliki kontur berbukit-bukit.
Kami memilih untuk menepi di perbukitan yang berpasir
halus tanpa kerikil. Bisa terlihat dari warnanya yang coklat muda tanpa ada
bintik-bintik hitam dari kejauhan. Bintik - bintik hitam ini biasanya berupa
hamparan batu-batu kerikil atau batu-batu biasa yang berukuran agak kecil dan
sedang.
Pemandangannya memang luar biasa. Saat itu Saudi sedang memasuki
awal musim dingin. Suhu siang hari di Badr memang masih cukup tinggi, sekitar
32 derajat. Tapi angin bertiup sepoi-sepoi.
Panasnya tidak begitu terik dan tidak gerah. Sehingga
anak-anak kami bebas berlari-lari di perbukitan pasir. Anak bungsu saya yang
masih bayi pun sama sekali tidak rewel di gendongan.
Pasirnya tidak terasa panas di kulit. Tanpa angin, pasirnya hanya berhamburan bila terinjak kaki.
Pasirnya tidak terasa panas di kulit. Tanpa angin, pasirnya hanya berhamburan bila terinjak kaki.
Melalui kaca jendela ketika mobil masih melaju, saya
menjadi bertanya-tanya melihat pemandangan di luar. Tadinya saya menebak-nebak
apakah perbukitan pasir itu beralaskan gunung batu juga?
Begitu menjejakkan kaki di atas pasirnya barulah rasa
penasaran saya terjawab. Rasanya empuk sekali. Begitu mendaki ke atas, kaki
kita seolah akan tersedot oleh timbunan pasir. Benar-benar tumpukan
pasir membentuk bukit, bukan bukit batu beralas pasir. Sebaiknya berjalan-jalan
dengan membuka alas kaki agar butiran pasir tidak ikut menyusup masuk dan
langkah tidak terasa berat.
Setelah
mencapai dataran bukit pasir yang agak tinggi, terlihatlah hamparan gurun pasir
yang sangat luas. Tampak pula jalan-jalan raya berliku yang membelah gurun.
Pemandangan yang cukup unik yang belum tentu bisa dinikmati di banyak tempat.
Jika
mengunjungi Padang Badr di puncak musim dingin yang menyapa negara Saudi,
siap-siap saja menggigil kedinginan. Suhu gurun di pertengahan musim dingin saat menjelang sore hingga malam
hari akan turun menyentuh angka di bawah 10 derajat.
Setelah puas menikmati padang pasirnya, saatnya menjajal
kota Badr. Dari areal Padang Pasir tadi hanya butuh sekitar setengah jam untuk
mencapai pemukiman penduduk di tengah kota. Tujuan selanjutnya adalah untuk
mengunjungi makam para syuhada Badr.
Tak sulit untuk menemukan lokasi makam yang terletak di
tengah kota. Hampir semua penduduk di sana tahu pasti letaknya. Cukup katakan
"makam?", mereka sudah paham dan akan menunjukkan jalannya.
Sekalipun mengalami kemenangan, tidak sedikit sahabat
rasul yang mati syahid dalam perang ini. Tercatat ada 14 orang sahabat yang
gugur. Nama-nama keempat belas para syuhada Badr diabadikan dalam sebuah
monumen khusus. Monumen ini berdiri tegak di depan areal pemakamannya.
Areal pemakamannya sendiri tertutup untuk umum. Semua
sisi-sisi makam dipagari dengan tembok beton. Untungnya tembok tersebut
tidak terlalu tinggi. Kita bisa menyusun batu-batu di pinggiran dinding dan
memanjat batu-batu itu untuk melongok ke dalam.
Sembari mengintip dari atas dinding dan membacakan doa
untuk para syuhada, banyak juga yang mengabadikan gambar melalui kamera.
Menurut beberapa orang pengunjung lain di sana, seharusnya ada penjaga makam
yang bisa membukakan gerbang agar kita bisa ziarah langsung ke dalam. Tapi saat
kami ke sana, petugas yang dimaksud sedang tidak ada.
Akomodasi di Badr
Kami
tidak pernah menginap di Badr. Tujuan
utama saat ke sana biasanya memang hanya ingin bertualang sebentar di padang
pasirnya. Banyak tempat yang bagus untuk mengambil foto. Dan pemandangannya
yang berkesan tak pernah terasa membosankan.
Di Badr akan sangat sulit menemukan tempat penginapan.
Kotanya sangat kecil dan sepi. Kontur kota yang didominasi bukit batu dan
padang pasir nan tandus tidak membuat kita leluasa menghabiskan waktu lama di
sana.
Jika ingin menginap, lebih baik mencari penginapan di
kota besar terdekat. Dari Badr, kita bisa menginap ke Yanbu, yang berjarak
sekitar 90 km saja. Kota industri yang punya pesisir pantai yang cantik. Di
sekitar pesisirnya inilah banyak terdapat hotel berbintang lima, resort dari berbagai kelas, dan tidak
ketinggalan penginapan berupa full
service apartment. Harga penginapan di Yanbu bervariasi. Sekitar
150 riyal per malam hingga mencapai seribuan riyal per malam.
Soal
makanan jangan risau. Meskipun tak mungkin menemukan rumah makan khas Indonesia di kota Badr, tak sulit menemukan rumah makan
yang menyajikan nasi beraroma khas Arab beserta menu kebabnya. Masakan kebab,
yang biasanya terdiri dari daging sapi/ayam/kambing, memiliki rasa dan aroma
yang mirip dengan sate. Cita rasanya cocok dengan lidah Asia
kita.
Harga
makanan relatif lebih mahal daripada harga masakan sejenis di kota Jeddah. Butuh sekitar 20 - 25 riyal per
orang untuk sekali makan.
WhatsApp 085 244 015 689
ReplyDeleteTerimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D
Wishing you the best of luck for all your blogging efforts.This is my first opportunity to chat this website. I found some interesting things
ReplyDeleteFurniture Surabaya
Furniture Malang Jawa Timur
Furniture Tangerang
Furniture Jogja Daerah Istimewa Yogyakarta
toko furniture murah di jakarta
pusat furniture murah di jakarta
Toko Furniture di Jakarta Timur
Toko Furniture Murah di Bekasi
Furniture Online Jakarta